Uniknya Tradisi Menangkap Ikan di Indonesia
Fintag – Indonesia merupakan negara kepulauan. Dari ujung barat hingga timur, beragam kekayaan alam serta kebudayaan menjadi warna indah nan unik yang dimiliki oleh negara ini. Berakar sejak jaman nenek moyang bermacam tradisi masyarakat tetap lestari hingga saat ini. Tak terkecuali budaya menangkap ikan yang memiliki ciri khas tersendiri setiap daerahnya.
Kali ini kita akan membahas beberapa tradisi unik proses penangkapan ikan yang dimiliki oleh beberapa wilayah pesisir pantai Indonesia.
- Tradisi tangkap ikan Snap Mor
Snap Mor merupakan tradisi menangkap ikan di air laut yang surut. Tradisi ini merupakan kebudayaan asli masyarakat Biak, Papua yang tetap terjaga hingga saat ini. Tradisi yang menampilkan keahlian masyarakat asli Biak ini merupakan bagian dari pesta adat munara, yang memiliki makna sebagai kultus pembaruan dinamika kehidupan masyarakat Biak. Snap Mor sendiri dilakukan saat masa laut berada pada siklus surut terendah dan pasang tertinggi, yaitu bulan Juli hingga Agustus.
- Ritual Mane’e
Merupakan tradisi menangkap ikan menggunakan janur yang berasal dari Sulawesi Utara. Mane’e bagi masyarakat Kakorotan, Sulawesi utara memiliki makna menangkap ikan secara gotong royong di laut setelah tercapai musyawarah mufakat. Dalam upacara Mane’e, masyarakat bergotong royong membuat jaring dari janur dan tali hutan yang panjangnya mencapai 5 kilometer. Ikan laut yang telah terperangkap di kubangan yang telah disiapkan sebelumnya, selanjutnya diambil dan diberikan kepada warga yang kurang mampu.
- Hela Soma, tradisi Unik masyarakat Bolmang Selatan
Masih dari wilayah timur Indonesia, di wilayah kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Selatan juga terdapat tradisi unik menangkap ikan. Di musim panas masyarakat pesisir Bolsel melaksanakan ritual penangkapan ikan teri menggunakan sibu-sibu atau pukat bermata kecil. Syaratnya soma yang digunakan haruslah berwarna hitam pekat dan diurai kira-kira sepanjang 7 sampai 8 meter. Setelah itu soma ditarik secara perlahan-lahan menuju daratan sembari membentuk lingkaran.
- Meti Kei dan tradisi Wer Warat
Dimulai dari bulan september hingga november, fenomena alam tak biasa terjadi di wilayah kepulauan Kei provinsi Maluku. Meti Kei merupakan fenomena air laut surut hingga mencapai 700 meter bahkan 1 kilometer. Saat fenomena alam ini terjadi, masyarakat kepulauan Kei mencari bia atau kerang laut untuk dikonsumsi pribadi maupun untuk dijual. Selain itu masyarakat disana melakukan tradisi Wer Warat yang merupakan kegiatan penangkapan ikan dengan cara tradisional yaitu menggunakan janur kuning yang dieratkan ke tali nilon yang besar. Awalnya alat tangkap ikan (janur kuning yang dieratkan ke tali nilon) ditarik berbentuk setengah melingkar hingga mencapai ke bibir pantai dan dibiarkan selama sehari semalam berada di laut. keesokan harinya ketika air laut mulai surut laki-laki yang sudah memenuhi syarat tertentu turun untuk menarik tali tersebut ke darat sambil memukul-mukul air laut agar ikan terperangkap. Kemudian masyarakat secara beramai-ramai turun ke laut untuk menangkap ikan dengan cara menombak, memotong, atau menggunakan jaring.