Kisah Nelayan Yang Sukses
Fintag – Nelayan memiliki pengertian sebagai orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Juga dikenal sebagai kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Di bumi pertiwi, nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai. Bicara soal kehidupan, aktivitas nelayan pun tak selamanya mulus. Bergantung pada cuaca, pendapatan dari hasil menangkap ikan pun naik turun. Meski memiliki potensi perikanan dan kelautan yang luar biasa, tak selamanya para nelayan mendapatkan hasil tangkapan melimpah. Keterbatasan pengetahuan dan sarana prasarana menjadi beberapa kendala yang dialami para pelaut ini. Meski beragam hambatan menerjang, banyak nelayan tetap gigih berjuang. Bahkan tak sedikit pula yang berkembang dan sukses. Beberapa nelayan Indonesia dan mancanegara ini dapat menjadi contoh para nelayan yang terus berusaha, pantang menyerah hingga pandai melihat peluang untuk meraih kesuksesan.
- Budi Hari, Nelayan Dengan Omzet 150 Juta Per Hari
Nelayan dari Tamban Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Budi Hari menjadi contoh nelayan sukses. Mulai bekerja di laut sejak berusia 14 tahun, Budi menjadi nelayan lantaran ketidakmampuan orangtua membiayai pendidikannya. Menangkap beraneka jenis ikan seperti ikan tengiri, kerapu, gurita dan lobster, Budi mengarungi laut selatan, laut di ujung Pacitan sampai Banyuwangi, Jawa Timur dengan perahu tempelnya. Pria 48 tahun inipun tak lantas berpuas diri menjalani profesi sebagai nelayan, dirinya pun berpikir untuk memasarkan sendiri ikan hasil tangkapannya. Hingga suatu hari, Budi bertemu dengan pengusaha asal Taiwan yang memberikannya pinjaman sejumlah 300 ribu rupiah untuk membuat kolam penampung lobster. Kolam penampungan dan instalasi pengemasan lobster disediakan Budi untuk menjamin pasokan lobster tetap segar sampai ke tangan pembeli. Lobster dari UD Lancar milik Budi pun di ekspor ke Hong Kong dan Singapura melalui Denpasar, Bali. Namun tak hanya lobster, Budi juga memasok gurita untuk di kirim ke sebuah perusahaan di Surabaya, Jawa Timur. Hampir 30 tahun lebih Budi menjalani aktivitas tersebut, omzet per hari pun mencapai nominal 150 juta. Pantang menyerah dan berani menghadapi tantangan menjadi kunci kesuksesan Budi Hari.
- Sukses Budidaya Bibit Ikan Nener Dan Kerapu Ala Pak Sawit
Nyoman Suwitra alias Pak Sawit merupakan nelayan pembudidaya bibit ikan nener dan kerapu dari Desa Penyabangan Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali. Sebelum menekuni bisnis budidaya ikan laut, Pak Sawit merupakan sopir sekaligus nelayan sambilan di desanya. Sejak mendapat penyuluhan dari Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, para nelayan di Kecamatan Gerokgak tidak lagi melaut tapi menekuni pembudidayaan bibit nener. Perjuangan membudidayakan ikan nener dan kerapu berbuah kesuksesan. Pak Sawit mampu membangun rumah yang bagus, membeli tanah, memiliki mobil dan menyekolahkan anak hingga keluar daerahnya. Hasil budidaya nener dan kerapu miliknya pun dikirim guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, serta diekspor hingga ke Taiwan dan Filipina. Pak sawit pun membeberkan kunci suksesnya yaitu ketekunan dalam merawat bibit ikan nener dan kerapu.
- Nelayan Sukses Dari Modal 1 Juta-an Berkembang Menjadi 27 Triliun
Dari mancanegara, kita dapat mencontoh proses seorang Chuck Bundrant dari nelayan hingga menjadi pengusaha sukses di bidang perikanan. Dengan bekal uang 80 US Dollar atau setara dengan 1,1 juta rupiah, Bundrant merantau ke negara bagian Seattle, Amerika Serikat. Bundrant yang tadinya kuliah jurusan kedokteran hewan di Tennesse memutuskan berhenti sementara dan pergi ke Seattle lalu ke Alaska untuk mendapat uang tambahan dari menangkap ikan. Meski awalnya Bundrant tidak tahu sama sekali tentang perikanan, kapal, cara menangkap hingga memproses hasil laut, dirinya tidak menyerah untuk memulai bisnis di bidang perikanan. Hingga pada tahun 1973, dirinya bertemu dengan dua orang nelayan bernama Kaare Ness dan Mike Jacobson lalu memutuskan untuk membangun kapal penangkap ikan sendiri. Dari menangkap serta membudidayakan kepiting, Bundrant beralih untuk menangkap ikan Pollock yang kala itu tak banyak dipilih oleh nelayan. Berawal dari membudidayakan ikan pollock, makanan tersebut lama kelamaan banyak diminati masyarakat Amerika Serikat. Dikemas dalam bentuk cepat saji lalu dijual ke beberapa toko ritel, serta bekerja sama dengan grup restoran ternama seperti McDonald dan Burger King, kesuksesan perusahaan Trident Seafood milik Bundrant diakui hingga Bloomberg menempatkan dirinya ke dalam jajaran miliarder dunia dengan kekayaan mencapai US$ 2,1 miliar US Dollar atau setara Rp 27 Triliun. Trident Seafoods menjadi perusahaan ikan skala besar yang terintegrasi secara vertikal sehingga bisa melakukan segala hal mulai dari menangkap dan mengolah ikan secara massal hingga menjual produk bernilai tambah seperti salmon kaleng dan ikan pollock.
- Nelayan Malaysia Masuk Daftar Orang Terkaya Di Malaysia
Adalah Chia Song Kun yang hidup dari keluarga miskin berprofesi sebagai nelayan. Ayahnya hanya mampu menyekolahkan ke-14 anaknya sampai jenjang sekolah menengah atas. Chia yang merupakan anak ke-4 berkeinginan untuk kuliah hingga akhirnya dia diterima di Universitas Malaya, mendapatkan gelar Matematika lalu setelah lulus mengajar di Mara Institute of Technology. Pada tahun 1987 Chia memutuskan untuk kembali ke desanya dan merasa keberuntungannya adalah menjadi nelayan. Membantu masyarakat desanya di Desa Sungai Burong, Malaysia untuk lepas dari jerat kemiskinan, Chia bersama saudaranya mendirikan QL Group. QL dalam bahasa Tiongkok berarti ‘All Win’ yaitu kemenangan untuk semua. Desanya yang banyak menjadi nelayan akhirnya dimanfaatkan oleh Chia. QL memproduksi ikan segar dan pakan ikan. QL memasok ikan diseluruh Malaysia, usahanya akhirnya menyebar sampai di Asia Tenggara. Pemasok utama QL adalah Thailand dan Jepang. Setelah itu QL melakukan pengembangan bisnisnya, yaitu di pakan ternak dan telur ayam. Bahkan perkebunan QL ini sudah mengekspor sampai Indonesia dan Vietnam. QL berkembang luas karena Chia berhasil melihat kesempatan. Ketika banyak nelayan didaerahnya kesulitan menjual, Chia menggandeng mereka dan memasarkan ke pasar yang lebih luas. QL memperkenakan Surimi, yaitu daging ikan yang mempunyai kualitas baik. Chia belajar membuat Surimi sampai ke Jepang. Sekarang Surimi diekspor ke Tiongkok, Jepang, Singapura dan Korea Selatan. QL Group yaitu perusahaan perdagangan makanan ikan dan hewan ternak terbesar se Asia Tenggara dan menempatkan Chia Song Kun sebagai orang terkaya no 24 di Malaysia. Kekayaan Chia Song Kun sebesar 400 juta dollar atau setara 4 triliun rupiah.