Aldi Novel Adilang Nelayan Rumpon Yang Hanyut Di Laut Selama 49 Hari

FINTAG – Pekerjaan apapun yang dilakukan di laut lepas pasti memiliki resiko yang tinggi. Seperti pemuda asal Desa Lensa, Kecamatan Wori, Minahasa Utara, Sulawesi Utara ini Aldi Novel Adilang (19) seorang nelayan rumpon (rumah rakit lautan – tempat penangkaran ikan di tengah laut yang dipasang untuk mengumpulkan ikan) di sekitar perairan Sulawesi Utara. Aldi dan rumponnya hanyut terombang-ambing selama 1 bulan 18 hari di laut lepas. Tetapi ia berhasil bertahan hidup hingga akhirnya diselamatkan oleh kapal yang membawa batu bara berbendera Panama. Bak cerita di sebuah film, seperti inilah kisah Aldi Novel Adilang nelayan rumpon sang survivor.

Profesi dan Keseharian Aldi

Aldi menjadi nelayan rumpon sejak ia berusia 16 tahun. Dalam kesehariannya, Aldi bekerja sebagai penjaga lampu rumpon. Lampu rumpon dipasang dan dijaga untuk menarik gerombolan ikan agar mendekat dan berkumpul disekitar rumpon.  Selain itu, tugas Aldi harus mengecek hasil ikan yang sudah berhasil terkumpul. Setiap minggunya, seorang dari daratan datang memanen ikan dari rumponnya tersebut. Ada orang juga yang datang memberi Aldi pasokan makanan, air, dan bahan bakar untuk  bertahan hidup selama sepekan. Penangkaran atau rumpon Aldi terbuat dari kayu dan tripleks seadanya, yang ditambatkan dengan sebuah tali tambang. Posisinya ada sekitar 125km dari pesisir utara Manado.

Hari yang mengubah hidupnya

Tidak seperti hari biasanya, hari itu tanggal 14 Juli 2018 angin selatan bertiup sangat kencang. Tali tambang rumpon Aldi yang dikaitkan pada rumpon temannya, putus. Disinilah Aldi mulai terbawa arus laut yang kencang. Aldi hanya seorang diri di dalam rumponnya, Ia mengaku : “saat itu angin kencang sekali dan  laut bergelombang tinggi”. Aldi dan rumponnya mulai terombang – ambing, terbawa angin hingga ke laut lepas Samudera Pasifik.

Cara Aldi bertahan hidup dan lolos dari maut

Dari saat itu ia harus mulai bertahan hidup dengan bekal seadanya. Hari demi hari ia lewati, pasokan makanan seperti beras, air bersih, rempah-rempah, bumbu dapur habis dalam waktu seminggu. “Untuk dapat terus bertahan hidup, saya memancing ikan dan memasaknya dengan cara dibakar atau direbus, bahkan ada saat saya makan ikan mentah,” kenang Aldi. Dia juga menceritakan selalu menghemat air minum. Remaja ini mengaku dalam sehari ia hanya minum tiga teguk saja. Setelah air tersebut habis, Aldi tidak kehilangan akal. Dia mencelupkan kaosnya kedalam air laut lalu memerasnya dan menjadikan air tersebut sebagai penghilang dahaga. Suatu hari, Aldi bercerita bahwa ia sempat mendengar suara yang memerintahkannya membuat penampungan air. Dia kemudian membuat penampungan dari bambu. Malamnya, hujan turun, Aldi pun bisa menampung air.

Tantangan berikutnya adalah, ia harus mempertahankan hidupnya dari hiu. Pada minggu ketiga terombang – ambing, ia melihat sirip hiu di sekeliling rakitnya selama seharian. “Saya hanya bisa berdoa dan ikan hiu itu pergi,” katanya dikutip dari TribunManado.co.id. Suatu waktu ada saat ia rasanya seperti ingin mati, ingin melompat ke laut dan bunuh diri, tetapi ia ingat orangtuanya pernah berpesan : “jika sedang putus asa, berdoalah.” Aldi pun rajin membaca Alkitab di atas rakitnnya.

Kehidupaan 49 hari di atas rakit

Seperti sudah terjadwal, kehidupan Aldi diatas rakitnya dimulai pada pagi hari dia menangkap ikan untuk dimakan. Siangnya Aldi tiduran untuk menghemat tenaga karena kondisi fisiknya mulai melemah. Sorenya, dia mulai memasak dan untuk menghemat energi Aldi mematikan lampu saat malam. Setiap hari Aldi membaca Alkitab sambil berharap ada yang bisa menolongnya. Sempat ada beberapa kapal besar yang lewat, namun tak satupun dari mereka mendengar teriakan Aldi, “ada sekitar 10 kali bertemu kapal besar, tapi mereka lewat saja” begitu pintanya.

Sampai pada tanggal 31 Agustus pukul 09.45 waktu setempat, tepatnya di perairan Guam, Jepang kapal cargo dengan bendera Panama, MV Arpeggio, melihat rakit Aldi dan mencoba menyelamatkannya.  “Waktu itu saya teriak, ‘Help, help’. Karena cuma itu yang saya tahu,” ujarnya. Kapal MV Arpeggio sudah menjauh sekitar 1mil tapi karena mendengar suara teriakannya, mereka berbalik dan membantu Aldi naik ke atas kapal dengan melemparkan tali dan pelampung.

aldi novel adilang
Aldi Novel Adilang berhasil diselamatkan oleh ABK MV Arpeggio

Aldi pulang ke Indonesia kembali berkumpul dengan keluarganya

Aldi berhasil diselamatkan. Ia berhasil bertahan hidup diatas rakitnya selama 49 hari dengan semua kesulitan dan tantangannya. Pada tanggal 6 September, kapal yang membawa Aldi tiba di Pelabuhan Tokuyama, Yamaguchi, Jepang. Aldi sempat tidak bisa turun dari kapal karena tidak memiliki paspor. Kemudian Aldi dijemput oleh perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Jepang dan pemerintah Jepang sendiri, barulah Aldi diperbolehkan turun dari kapal.

Dia tak dibolehkan membawa hadiah pemberian dari para ABK dan diharuskan melakukan pemeriksaan kesehatan. Setelah melakukan pemeriksaan kesehatan oleh JCG (Japan Coast Guard), Aldi dinyatakan sehat serta dapat dipulangkan ke negara asal. Sesaat setelah paspor milik Aldi bisa digunakan, ia pun dipulangkan ke Indonesia pada tgl 8 September 2018. KJRI Osaka telah mendampingi kepulangan Aldi ke Manado dengan Garuda Indonesia melalui Tokyo.

Tanggal 9 September 2018 ia tiba di Sam Ratulangi International Airport di Manado. “Di bandara, saya dijemput orang tua serta keluarga besar saya,” kenang Aldi.

Aldi Novel Adilang akhirnya kembali berkumpul dengan orangtuanya
Aldi Novel Adilang kembali berkumpul dengan orangtuanya

Hanyut tiga kali

Diakui Aldi, terapung di laut selama 49 hari merupakan pengalaman hanyut ketiga yang pernah dia alami.

“Ini kali ketiga saya hanyut. Waktu pertama hanyut selama seminggu, saya ditolong kapal pemilik rakit. Kedua selama dua hari, saya juga ditolong oleh kapal pemilik rakit,” ujar Aldi.

Di rakit, tak ada fasilitas keselamatan dalam pelayaran seperti pelampung. Pun tak ada kompas yang digunakan untuk menentukan arah. Bahkan, sebelum naik rakit, dia tak diajarkan tentang keselamatan dalam pelayaran.

Dalam menjaga rakit, dirinya hanya mengandalkan beragam instruksi pamannya selama seminggu. Saat pertama kali naik rakit, diakuinya dia tidak bisa berenang. Selama bekerja di rakit, Aldi mengaku dikontrak selama setahun dan digaji Rp2.000.000 perbulan.

Pengalaman hanyut yang ketiga ini membuat dirinya memutuskan untuk tidak melaut lagi. Dia ingin mencari pekerjaan lain.

Share this post