Penguatan Ekonomi Nelayan Melalui Koperasi & Aplikasi
Fintag – Kelompok-kelompok nelayan di wilayah Sukabumi, Jawa Barat memiliki satu tujuan yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat nelayan. Oleh karena itu, mereka pun berinisiatif mendirikan koperasi-koperasi di wilayah pesisir pantai diantaranya Koperasi Mutiara Laut, Koperasi Laut Qidul dan Koperasi Nelayan Pantai Selatan. Lewat koperasi yang rata-rata berdiri 1 hingga 5 tahun lalu, nelayan berharap dapat memberdayakan profesi mereka agar perlahan tapi pasti kesulitan perekonomian yang seringkali dirasakan dapat teratasi.
Melalui unit usaha simpan pinjam yang dikelola oleh koperasi, dalam setahun rata-rata nelayan dapat meminjam dana maksimal 5 juta rupiah. Meski unit usaha simpan pinjam itu belum dapat dirasakan oleh semua anggota koperasi, namun unit usaha lainnya dapat memberikan pemasukan untuk modal melaut. Dengan adanya koperasi, hasil tangkapan ikan para nelayan anggota koperasi dibeli dengan harga pasar yang sesuai.
Sementara itu di musim penghujan atau cuaca yang tidak bersahabat, masyarakat kini tetap dapat produktif dengan adanya unit usaha lain seperti pertanian, pariwisata, kerajinan tangan hingga tenaga kerja bongkar muat. Sebagai contoh koperasi di wilayah Bayah yaitu Koperasi Laut Qidul, memiliki unit usaha Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKNB) yang mempekerjakan nelayan dan anak nelayan sebagai buruh bongkar muat di Pelabuhan Cemindo Gemilang. ”Alhamdulillah, saat datang musim barat, nelayan dan anak nelayan Bayah saat ini tidak perlu meminjam uang ke rentenir lagi.” cerita Eko Priyono, ketua Koperasi Laut Qidul. Para anggota TKBM Kolaqi pun mendapatkan upah kerja layak serta mendapatkan hak-hak pekerja diantaranya jaminan kecelakaan kerja, jaminan kesehatan dan lainnya. Tak hanya itu, jika ada pekerja yang sakit, Kolaqi membantu seratus persen biaya pengobatan.
Lain lagi kisah koperasi nelayan yang ada di kelurahan Kedung Cowek , Surabaya, Jawa Timur. Salah satu koperasi yang bernama Koperasi 64 Bahari memiliki beragam unit usaha diantaranya unit usaha simpan pinjam, dimana anggota koperasi membuat dua jenis tabungan yaitu tabungan hari raya dan tabungan pendidikan. Syukron yang merupakan Ketua koperasi 64 Bahari mengatakan bahwa tabungan hari raya baru bisa diambil menjelang hari raya. Sedangkan tabungan pendidikan bisa diambil sewaktu-waktu. Belum lagi anggota Koperasi 64 Bahari juga membuat dan menjual miniatur perahu dan pesawat. Miniatur pesawat terbuat dari limbah mebel di sekitar desa Nambangan. Sedangkan, miniatur perahu terbuat dari bambu. Miniatur-miniatur itu, biasanya dikerjakan antara 2 hari hingga 2 minggu, dengan harga antara Rp 150ribu hingga Rp 300ribu.
Dahulu saat cuaca buruk datang, nelayan hanya menghabiskan waktu di rumah. Tak ada pemasukan dari melaut sementara Kebutuhan sehari-hari pun tetap harus dipenuhi. Dengan keadaan itu, mereka terpaksa meminjam dana ke tengkulak. Kini nelayan tak perlu lagi meminjam uang dengan bunga mencekik ala rentenir karena kehadiran koperasi permasalahan ekonomi dapat terselesaikan.
Memperkuat sektor ekonomi nelayan melalui koperasi merupakan komitmen pemerintah demi terciptanya perekonomian masyarakat yang sejahtera. Namun diakui oleh para pengurus koperasi, minimnya akses permodalan masih menjadi kendala yang dihadapi oleh mereka. Sejalan dengan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dalam mewujudkan kemandirian pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan, serta kesejahteraan dengan misi pemberdayaan, daya saing, kemandirian dan keberlanjutan usaha, aplikasi teknologi keuangan Fintag melalui edisi Fintag Maritime hadir memberikan akses permodalan yang mudah dan transparan bagi para nelayan. Menjalin kerjasama dengan koperasi nelayan, Fintag Maritime siap memenuhi kebutuhan permodalan usaha bagi para pelaku usaha bidang perikanan kelautan yang juga anggota koperasi.